ASAL TAK USUL
P3HMQ adalah kependekan dari Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadi’at al-Qur’aniyah. Sebuah pondok pesantren yang didirikan khusus untuk santri putri. Pondok pesantren yang berdiri pada tahun 1986 M ini didirikan oleh KH. Abdullah Kafabihi Mahrus beserta istri yakni, Ny.Hj.Azzah Nur Laila.
Bermula dari banyaknya anak-anak kampung yang mengaji pada beliau Ny.Hj.Azzah Nur Laila, ditambah lagi dengan datangnya santri putri dari luar daerah. Tercatat santri pertama yang datang berjumlah 4 orang, masing –masing dari daerah yang berbeda diantaranya 1. Masyi’ah santri asal Ciledug 2. Lailatul Badriyah santri asal Karawang 3. Nur Khofifah santri asal Cirebon 4. Rodliyah santri asal Ngawi. Bertambah hari semakin banyak pula santri yang berdatangan, maka beliau berinisiatif untuk membuat tempat mengaji bagi santri guna lebih mudah untuk memberikan pengajian pada mereka.
Terletak di JL.KH.ABDUL KARIM RT.01 RW.1 Ds. Lirboyo Kec. Mojoroto Kab. Kediri. Secara geografis, ditinjau dari arah sebelah timur P3HMQ terletak ± 100 M dari pondok induk Lirboyo dan jika ditinjau dari arah sebelah barat balai desa Lirboyo ± juga 100 M.
PROFIL KH.ABDULLAH KAFABIHI MAHRUS
Bernama lengkap Abdullah Kafabihi Mahrus. Lahir di Kediri tanggal 2 September 1960. Beliau adalah putra ke 12 dari 14 bersaudara dari pasangan KH.Mahrus Aly dan Ny. Hj Zainab.
Sewaktu masih muda, beliau pernah mengenyam pendidikan di SMPN 4 Kediri, kemudian ke jenjang atasnya lagi di SMAN 1 Kediri. Juga pernah pada waktu beliau umur 9 tahun beliau diajak ayahnya mondok di Rembang, Langitan asuhan KH.Hadi Senori Tuban. Beliau juga pernah nyantri di Pon-Pes Al-Fadllu Kaliwungu yang diasuh oleh KH.Dimyathi Ro’is.
Tercatat beliau juga seorang yang aktif dalam berorganisasi. Beberapa organisasi besar yang pernah beliau ikuti adalah NU dan MUI.
Dalam hidup beliau bukanlah sosok orang yang muluk-muluk. Dari cara berpakaian beliaupun sangat santun dan sederhana, yang paling penting bagi beliau adalah bisa menyebarkan syari’at agama islam, karena itu merupakan motto dalam hidup beliau.
Di kalangan para santri beliau terkenal dengan sosok yang ulet. Beliau juga selalu berusaha untuk istiqomah mengisi pengajian para santri dalam keadaan apapun. Sangking istiqomahnya beliau dalam mengaji, sampai-sampai ketika ada tamu agung atau dzuriah beliau yang datang, beliau tetap menyempatkan untuk mengisi pengajian para santri walaupun cuma lima menit. Hal tersebut beliau lakukan semata-mata hanya untuk menjaga keistiqomahan beliau dalam mengaji. Disaat waktu senggangpun, tak beliau gunakan waktu tersebut dengan percuma. Bahkan dalam keadaan tinda’anpun ( red : bepergian ) sisa waktu senggang yang ada, tidak beliau sia-siakan hanya dengan jalan-jalan saja, namun beliau isi dengan muthola’ah kitab-kitab yang pernah dipelajari beliau dulu.
Semasa kecil beliau, beliau adalah sosok anak yang terbilang bandel. mungkin hal ini dikarenakan beliau lebih condong untuk menggulati dunia pendidikan umum dari pada dunia pesantren, padahal ayahandanya, KH. Mahrus ‘Aly lebih meridloi beliau untuk lebih fokus dalam menggeluti ilmu agama. Hingga suatu hari beliau dipanggil ayahandanya, beliau ditunjukkan buku aljabar oleh ayahandanya dan ditanya “ Ini pelajaran apa? Untuk apa belajar seperti ini? ” Sejak sa’at itulah beliau terketuk hatinya untuk lebih mendalami ilmu agama dari pada pendidikan umum.
Pada sa’at usia beliau menginjak 16 tahun, beliau belum bisa memaknai kitab dengan tulisan pegon, jadi ketika memaknai kitab beliau cukup dengan tulisan utawi, iki, iku, dll.
Dari sekian banyak putra KH.Mahrus Aly hanya Buya ( panggilan santri putri pada beliau ) saja yang diajak mbah Kyai Dimyathi untuk ngaji pada beliau, tapi dengan syarat beliau tidak boleh memeberitahukan perihal ngajinya pada siapapun. Jika nanti ditanya, Mbah Kyai Dimyathi mengutus Buya untuk menjawab “ Diajak dolan Mbah Dimyathi ” ( red ; jawa ). Cara mengajar mengaji mbah Dimiyathi kepada Buya sangat unik. Metode pengajarannya tidak terbatas pada ruang dan waktu. Mbah Dimiathi mengajar ngaji Buya dimana saja, kalau lagi di sawah ngajinya juga di sawah, kalau lagi di kolam ngajinya juga di kolam. Dengan hanya berbekal badan dan baju yang Buya kenakan, beliau siap untuk patuh pada perintah gurunya itu. Setiap waktu Buya harus standby menunggu mandat dari gurunya. Untuk masalah makan dan minum beliau masih numpang pada Kyai.
Pernah suatu hari Buya diajak oleh mbah Dim ziaroh ke makam sunan Ampel, tiba-tiba beliau diberitahu bahwa nantinya yang akan menjadi penerus KH.Mahrus Aly adalah Buya sendiri. Sontak beliau kaget mendengar hal tersebut, beliau bergegas pulang dan menyampaikan hal tersebut pada ayahandanya.
Dalam usia yang relatif muda ( kira-kira 25 tahun ), Buya sudah mengemban amanat yang cukup besar yaitu meneruskan perjuangan ayahnya dalam mengasuh pondok pesantren. Pada tanggal 30 September 1985, Buya telah berhasil mengikuti salah satu tindak lampah Rosulullah. Seorang wanita solehah yang berasal dari Cirebon ( Ny.Hj.Azzah Nur Laila ) telah dipilih oleh KH. Mahrus Aly sebagai menantu beliau. Dari prosesi perjodohan yang dilakukan oleh KH.Mahrus Aly tersebut, alhamdulillah hingga saat ini Buya dan keluarga hidup sakinah, mawaddah, warrohmah. Dari buah pernikahan Buya dengan Ny.Hj.Azzah Nur Laila melahirkan 4 anak laki-laki dan 7 anak perempuan yang kelak salah satu diantara mereka akan menggantikan Buya dalam mengasuh pondok ini.
Ketika seorang muslim tumbuh dewasa dan materi sudah mencukupi, alhamdulillah tak jarang sebagian dari mereka ingat dengan rukun islam yang terakhir. Begitu juga dengan Buya. Akhirnya dengan bekal yang mencukupi, Buya berangkat menuju rumah Allah untuk melaksanakan haji. Pada saat haji, banyak sekali kejadian yang beliau alami dan tak akan beliau lupakan. Salah satunya adalah beliau pernah mengaji pada syeikh Yasiin al Fadani ( guru Buya saat di Makkah ). Dan tentunya kita sebagai santri beliau, ingin mendapatkan barokah ilmunya. Semoga!.Amiiin………..
PRIBADI HMQ
Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadia’at al-Qur’aniyyah adalah suatu tempat pendidikan yang disediakan bagi santri putri yang menginginkan untuk belajar dan mendalami al-Qur’an baik secara Bin-Nadzor maupun Bil-Ghoib.
Disamping itu, P3HMQ juga mengadakan pengajian kitab kuning bagi santri bil-ghoib non siswi. Tidak hanya itu, bagi santri bin-nadzor dan bil-ghoib yang menginginkan untuk mendalami ilmu nahwu shorof, fiqih dll mereka bisa belajar di Madrasah Al-Hidayah P3HMQ yang menyediakan pendidikan mulai dari jenjang I’dadiyah sampai Ma’had Aly.
P3HMQ juga menyediakan sebuah pendidikan TPA/TPQ bagi santri yang belum mengerti (nol putul) tentang cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. TPA/TPQ tersebut bernama TPA/TPQ Al-Karim yang diasuh langsung oleh Ny.Hj.Azzah Nur Laila (istri KH.Abdullah Kafabihi Mahrus). Dengan metode pengajaran Yanbu’a Kudus, diharapkan mampu memberikan kepahaman bagi mereka dalam memepelajari ilmu al Qur’an.
Alhamdulillah, masyarakat sekitar P3HMQ pun sangat antusias sekali dalam mengikuti metode pendidikan yang ada di pesantren ini. Terbukti dengan banyaknya ibu-ibu kampung yang mendaftarkan putra-putri mereka untuk mengaji di TPA/TPQ Al-Karim. Walau terkadang anak-anak tersebut susah sekali untuk diatur, tapi suatu kebanggaan dan puji syukur yang sebesar-besarnya kepada sang kholiq, P3HMQ bisa berbagi ilmu yang didapat selama ini kepada masyarakat sekitar.
Tak sedikit juga anak-anak kampung yang sekolah nduduk dan mengaji di P3HMQ . Tak jarang juga ibu-ibu dan anak-anak kampung mengikuti sholat berjama’ah, terlebih pada waktu bulan romadlon, mereka sangat aktif mengikuti shalat jama’ah tarawih di musholla P3HMQ.
Beberapa program unggulan yang menjadi ciri khas di P3HMQ diantaranya adalah:
Ø Tachfidzul Qur’an
Ø Pengajian Qur’an Bin-Nadzri
Ø Takhosus Nahwu Shorof
Ø Pengajian Kitab Bandongan
Ø Kajian Kitab Salaf
Ø Wirdul Latif
Dan beberapa program jangka panjang yang sampai saat ini masih dijalankan:
Ø Wisuda Khotmil Qur’an tiap 2/3 tahun sekali
Ø Ziaroh Wali Songo tiap 2 tahun sekali
Ø Sima’an alumni bil-ghoib se-karasidenan Kediri tiap 3 bulan sekali
Ø Sima’an alumni bil-ghoib se-Jawa Timur I tahun sekali
Tak Cuma itu saja, beberapa kegiatan extrakurikuler pondok yang hingga saat ini aktif digandrungi oleh para santri yaitu:
Ø Pengajian kitab bagi santri bil-ghoib non siswi
Ø Takhosus tajwid
Ø Mouzic Holic (pecandu musyawaroh asyik)
Ø Jam’iyyah khitobah
Ø Jam’iyyah diba’iyah
Ø Praktek ubudiyah
Ø K-Fein (Kajian Fiqih Interaktif)
Ø Bimbel nahwu shorof bagi siswi berprestasi
Ø Mading Ar-Rabiet
VISI DAN MISI
Mencetak generasi islam yang mumpuni dalam memahami isi al-Qur’an serta untuk mewujudkan kader muslimah sejati, merupakan visi dan misi P3HMQ.
Di usia remajanya ( 23 tahun ), P3HMQ hingga saat ini dihuni oleh 200 santri. Dengan bimbingan dari Pengasuh dan segenap Penasehat, P3HMQ bisa berkembang dan menjadi lebih baik setiap tahunnya, ditambah dengan 21 pengajar yang didatangkan dari pondok putra HMC dan dari alumni santri MA HMQ sendiri, mampu membuat santri HMQ menjadi orang yang terus haus akan ilmu.
Dalam beberapa perlombaan tingkat nasional dan lokal yang pernah diikuti P3HMQ tak sedikit juga prestasi yang diraih. Salah satunya adalah juara harapan III lomba pidato bahasa Inggris tingkat RMI Kediri oleh Isro’ul Fauziah santri asal Kediri, juara harapan II lomba protokol tingkat RMI Kediri oleh Hani’atul Mahfudzoh santri asal Semarang, juara I MQK fan lughot tingkat wustho antar pondok unit Lirboyo oleh Umi Hanifah santri asal Kendal.
ALIT NING ELIT
Dahulu sebelum P3HMQ menjadi sebuah bangunan yang besar, awalnya hanyalah sebuah gudang padi dan garasi mobil milik nyai Zainab. Ide untuk merombak sebuah gudang padi dan garasi mobil menjadi sebuah bangunan ada ketika komunitas santri semakin meningkat.
Seiring berjalannya waktu, perubahan fisik bangunan P3HMQ terus terjadi sampai saat ini. Dengan tambahan bantuan dana swadaya dari masyarakat, P3HMQ bisa menjadi sebuah bangunan yang kokoh hingga saat ini. Walaupun bangunannya tidak terlalu besar, tapi tempatnya yang nyaman membuat P3HMQ menjadi nyenyak dihuni oleh para santri. Bukan cuma itu, dengan adanya taman yang terletak di tengah-tengah bangunan membuat suasana tampak sejuk nan asri.